Senin, 23 Juni 2025

Dalam Jarak yang Menumbuhkan, Dalam Janji yang Meluruh


Aku mengenalnya di antara deretan bangku putih abu-abu,

Langkahnya pelan, senyumnya malu-malu

Kita bukan siapa-siapa waktu itu

Hanya dua nama dalam riuh masa remaja,

Tapi waktu menyulam kita dalam benang yang tak kasat mata

Hari berganti, kita menyatu dalam cerita sederhana

 

Jarak yang terus menguji kekuatan kita

Kita yang saling percaya, katanya

Meski rindu menggumpal seperti awan mendung yang tak kunjung pecah

Namun kita kuat, masih saling menelusuri suara lewat telepon larut malam,

Mengecup jarak dengan kata-kata

 

Waktu yang bergerak lebih cepat dari yang sempat dipahami

Hingga waktu memisahkan kita pada jenjang yang berbeda

Salah satu harus melangkah lebih dulu,

Sementara yang lain tetap tinggal,

Menganyam harapan dalam diam dan kesetiaan

Membawa harapan yang perlahan tumbuh jadi keyakinan

 

Waktu menjauhkan kita, tapi rindu tak pernah benar-benar hilang

Kita yang katanya cinta tetapi diuji oleh jarak,

Tapi kita percaya, percaya bahwa hati kita tetap saling menjaga

Meski dunia menuntut kita kearah yang berbeda

Kita tetap bertemu di sela-sela sempitnya waktu,

Menyembuhkan rindu yang tertimbun oleh sibuk

 

Kebersamaan singkat itu menjadi penguat,

Seperti hujan ringan yang cukup menyejukkan tanah yang retak

Kita percaya, bahwa cinta bukan soal seberapa dekat tubuh,

Tapi seberapa kuat hati bertahan dalam ketidakhadiran

Pelukan singkat, percakapan terbatas,

Menjadi penawar dari sepi yang terlalu sering datang

 

Hari-hari berlalu dalam jumlah yang tak sedikit.

Tahun demi tahun kita lewati,

Berpegangan pada janji yang dulu diucapkan dengan penuh keyakinan.

Namun cinta, tak selalu berjalan seirama dengan harapan.

Ada yang mulai letih, ada yang mulai melonggarkan genggamannya.

Dan cinta yang semula kokoh itu, mulai rapuh oleh kelalaian.


Satu berhenti menjaga, yang lain terluka diam-diam.

Hingga akhirnya tak ada lagi yang bisa dipertahankan selain kenangan.

Cinta itu dilepaskan, bukan karena tidak berharga,

Tetapi karena luka tak bisa terus dirawat dalam pelukan yang sama.

Namun anehnya, rindu tidak mengerti tentang kata selesai.


Ia tetap datang, menyusup dalam malam yang sepi,

Membangkitkan sisa-sisa cerita yang tak pernah benar-benar mati.

Ada keinginan untuk kembali,

Ada harapan bahwa luka bisa dimaafkan, bahwa cinta bisa disulam ulang.

Namun hati yang pernah trauma tak bisa begitu saja terbuka.

 

Ia pernah dijanjikan pelindung, tapi justru disakiti oleh yang berjanji.

Ia pernah dipercaya, namun dikhianati oleh yang dipilih.

Kini, ia hanya ingin diam.

Tak lagi mengejar, tak lagi berharap.

Bukan karena tidak cinta, tetapi karena cinta pun harus tahu kapan harus berhenti.

Mungkin cinta yang sesungguhnya bukan mereka yang berani kembali,

Tetapi mereka yang sejak awal tak pernah pergi.


~Terimakasih untuk cerita singkatnya :')

1 komentar:

  1. satu ciptaanmu ya tuhan jaga dia dimanapun
    jika diri ini menjadi tujuannya
    percaya diri ini selalu mendoakannya

    BalasHapus